TUHAN, ENGKAU TAHU BAHWA AKU MENGASIHI ENGKAU (Yoh. 21:15-17)
TUHAN, ENGKAU TAHU BAHWA AKU MENGASIHI ENGKAU (Yoh.
21:15-17)
Pernyataan;
“Aku mengasihi Engkau, Tuhan” adalah sebuah pernyataan umum yang diungkapkan
oleh setiap orang Kristen (pengikut Kristus). Pernyataan ini juga sering
diungkapkan dengan berbagai model; baik secara diam-diam maupun secara terbuka
(ekspresif). Terlepas dari beragam ekspresi tersebut, saya menguraikan
pernyataan; “Aku mengasihi Engkau” berdasarkan Yoh. 21:15-17.
Konteks dari
Firman Tuhan ini berbicara tentang setelah Tuhan Yesus bangkit dari antara
orang mati, Ia menampakan diri-Nya kepada murid-murid di pantai danau Tiberias.
Penampakan ini disertai dengan mujizat yang hampir sama dengan ketika Tuhan
Yesus pertama kali bertemu dengan murid-murid di awal pelayanan-Nya. Dengan
kata lain kedua mujizat ini adalah mujizat yang hampir sama dalam pelayanan
Tuhan Yesus.
Mujizat yang
pertama (Luk. 5:1-11);
Pada waktu
Tuhan Yesus datang ke Pantai Genesaret, Ia menjumpai Simon Petrus dan temannya
(Yakobus dan Yohanes) sedang membasuh jala mereka. Setelah selesai mengajar
orang banyak, Tuhan Yesus berkata kepada Simon, “Bertolaklah ke tempat yang
dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan”. Dan setelah mereka
melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai
koyak, (ayt 4, 6). Peristiwa ini dilakukan oleh Tuhan Yesus dalam kondisi
murid-murid semalam-malaman menangkap ikan tetapi tidak mendapatkan apa-apa.
Setelah
peristiwa ini, Tuhan Yesus menyatakan untuk mengubah status mereka yang sebagai
nelayan (penjala ikan) menjadi murid Tuhan Yesus (penjala manusia).
Mujizat yang
kedua (Yoh. 21:1-14)
Setelah
Tuhan Yesus mati dan bangkit, Simon Petrus dan kawan-kawannya kembali melakukan
aktivitas mereka sebagai nelayan (penjala ikan). Mereka pergi dan menangkap ikan
tetapi semalam-malaman tidak mendapatkan apa-apa. Pada waktu hari mulai siang,
Yesus berdiri di pantai dan menyuruh mereka untuk “Tebarkanlah jala ke sebelah
kanan perahu, …”. Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya
lagi karena banyaknya ikan, (ayt 6).
Setelah
peristiwa itu barulah Tuhan Yesus mengajukan pertanyaan-Nya ”Simon, anak
Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari mereka ini?” Σίμων ‘Іωαννου,
άγαπάς με πλέον τούτων; Respon Petrus adalah “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku
mengasihi Engkau” Ναί κύριε, σύ οίδας őτι φιλώ σε. Menurut teks LAI (Alkitab
bahasa Indonesia), tiga pertanyaan yang diajukan Tuhan Yesus itu tidak ada
perbedaannya. Namun, menurut teks aslinya, pertanyaan itu berbeda.
Pertanyaan
pertama yang diajukan Tuhan Yesus, “Apakah engkau άγαπάς με (mengasihi Aku) …?”
Pertanyaan ini diresponi oleh Petrus; “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku φιλώ
σε (mengasihi Engkau)”. Yesus mengajukan pertanyaan yang kedua yang sama persis
dengan pertanyaan yang pertama; “Apakah engkau άγαπάς με (mengasihi Aku)?”
Petruspun menjawab dengan jawaban yang tidak berubah, “Benar Tuhan, Engkau tahu
bahwa aku φιλώ σε (mengasihi Engkau)”. Tuhan Yesus melanjutkan dengan
pertanyaan yang ketiga, tetapi untuk yang ketiga kali ini Yesus mengubah
pertanyaan-Nya; “Apakah engkau φιλείς με (mengasihi Aku)?” Untuk yang ketiga
kali ini, Petrus tersentak dan sedih karena Yesus bertanya tetapi pertanyaan
itu berbeda. Dalam kesedihanya, Petrus tetap jujur dan berkata, “Engkau tahu
segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku φιλώ σε (mengasihi Engkau).” Respon
Petrus tidak berubah.
Yesus
menghendaki agar kita mengasihi-Nya dengan kasih agape. Namun, siapa di antara
kita yang sanggup untuk menyatakan kasih seperti yang Yesus kehendaki? Petrus
jujur bahwa ia tidak sanggup untuk mengasihi Yesus seperti kasih itu. Petrus
seolah-olah sedang berkata bahwa Tuhan Yesus tahu tentang Petrus seorang yang
materialistis (Mat. 19:27), seorang yang sok pahlawan (Luk. 22:33) sekaligus
seorang pengecut (Luk. 22:54-62) bahkan ada hal lain lagi yang menyangkut
kelemahan Petrus dan Yesus tahu. Petrus tidak sanggup untuk menyatakan “aku
άγαπώ σε (mengasihi Engkau)”, ia hanya mampu katakan “aku φιλώ σε (mengasihi
Engkau).”
Jika
seandainya pertanyaan Yesus diajukan kepada kita, “Apakah engkau άγαπάς με
(mengasihi Aku)?” Apa jawaban kita? Kasih seperti apa yang kita nyatakan kepada
Yesus?
Mengapa
Petrus tidak dapat meresponi kasih seperti yang Yesus maksudkan? Petrus
menyatakan kejujuran dan ketidakmampuannya tetapi sejarah mencatat bahwa ada
sederetan peristiwa-peristiwa besar yang Allah lakukan melalui Petrus yang
matrealis, sok pahlawan sekaligus pengecut. Apa gerangan yang menggerakan
Petrus sehingga ia dapat melakukan hal-hal itu? Jawabannya; Kis. 1:8
menjelaskan bahwa ketika Allah memberikan kuasa kepada murid-murid, mereka
dapat melakukan seperti yang Yesus maksudkan. Sejarah juga mencatat tentang
keberanian murid Yesus untuk menyatakan kasih yang luar biasa sampai Injil
tersebar ke seluruh penjuru dunia. Siapapun yang menyatakan kasihnya kepada
Yesus hendaknya ia jujur bahwa kasih agape hanya dimiliki oleh Yesus. Ketika Ia
menganugerahkan kasih agape itu kepada kita maka ada hal-hal besar yang kita
dapat lakukan tetapi itu bukan dari diri kita.
Jadi, kasih
itu bukan sekedar ungkapan dalam mulut tetapi itu akan terwujud dalam
keseharian hidup kita ketika kita mengandalkan Tuhan.
Kasih itu
sabar, kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan
tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan
untuk diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi
segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung
segala sesuatu, (I Kor. 13:4-7).
Kiranya
menjadi berkat,
Apri
Laiskodat
Komentar