AGAMA SUKU


AGAMA SUKU



A.     Pengertian Agama Suku
1.    Pengertian Agama
Kata “Agama” secara etimologi terbentuk dari kata a – gam – a (a = tidak, gam = kacau, dan akhiran “a” yang membentuk sifat eternal. Sehingga, a – gam – a artinya tidak kacau yang bersifat abadi. Jadi, kata “Agama” secara etimologi adalah sesuatu yang tetap yang bersifat abadi. Pengertian ini menunjukkan bahwa berbicara tentang “Agama” maka pembicaraan itu mengarah kepada sesuatu keadaan yang memiliki nilai kekekalan. Hal ini berarti bahwa pada satu sisi Agama membawa penganutnya kepada kehidupan yang kekal tetapi juga pada sisi yang lain mengarah kepada sikap penganutnya yang tidak berubah/tetap.
Agama dalam perspektif yang lain diartikan sebagai “Sistem kepercayaan, sikap dan praktek agamawi yang dilakukan oleh manusia kepada satu pribadi yang dapat memberikan berkat. Sistem kepercayaan ini dapat dilihat dari perspektif “Samawi dan Wadi’i" sehingga ada istilah Agama Samawi dan Agama Wadi’i. Agama Samawi bersumber dari Allah yang dihasilkan oleh pewahyuan. Agama Samawi yang kita kenal adalah “Yahudi, Kristen, dan Islam”. Sedangkan Agama Wadi’i bersumber dari manusia yang dihasilkan oleh budaya, pandangan hidup/falsafah, pengalaman magi seseorang atau kelompok masyarakat tertentu.

2.    Pengertian Suku/Ethnis/ras
Suku/ethnis/ras diartikan sebagai kumpulan orang-orang yang mendiami daerah tertentu yang memiliki berbagai macam kesamaan karena berasal dari satu keturunan nenek moyang.
Contoh:
-         Suku Batak Toba (Orang-orang mendiami daerah di sekitar Danau Toba)
-         Suku Batak Karo (Orang-orang yang mendiami daerah/tanah Karo).
-         Suku Nias (Orang-orang yang mendiami daerah/Pulau Nias).
-         Suku Jawa (Orang-orang yang mendiami daerah/Pulau JAwa)
-         Dll.
Orang-orang yang mendiami daerah-daerah tersebut mungkin mereka berasal dari satu keturunan/nenek moyang, hidup bersama selama beberapa waktu lamanya dan memiliki kesamaan/gaya hidup yang disebut dengan adat-istiadat. Adat istiadat ini muncul dari pengalaman hidup seseorang atau kelompok orang dan diikuti terus menerus.

Dari dua pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan “Agama Suku” adalah sistem kepercayaan, sikap dan praktek agamawi yang dilakukan oleh kelompok masyarakat tertentu kepada pribadi/sesuatu yang dapat memberikan perlindungan. Sumbernya adalah pengalaman hidup dari orang atau kelompok masyarakat tertentu. Sehingga dapat dikatakan bahwa Agama suku adalah agama yang dihasilkan oleh pengalaman magi manusia (Agama Wadi’i).

B.     Agama dalam Perspektif Alkitab
Dalam PL tidak ditemukan bahwa Allah menyuruh umat-Nya membentuk satu aliran atau sistem kepercayaan. Hal yang pasti yang difirmankan Allah adalah Tuhan itu Esa karena itu kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu (Ul. 6:4-5). Selanjutnya Allah memerintahkan kepada segenap bangsa Israel untuk mengajarkannya terus menerus kepada generasi berikut menjadi gaya hidup yang menyembah kepada Allah. Itulah sebabnya muncullah berbagai gaya pengajaran (liturgi, waktu-waktu berdoa, tempat berdoa) dengan maksud untuk mudah memahaminya. Namun, yang dimaksudkan Allah adalah totalitas hidup bukan suatu sistem yang dibuat oleh manusia.
Hal itu diawali dengan, Ia memanggil Abraham keluar dari sistem penyembahannya kepada berhala (Yos. 24:2) dipisahkan untuk pergi ke tempat yang sudah dikuduskan baginya yaitu di Kanaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa yang Allah kehendaki adalah bukan sistem penyembahan/kepercayaan (Agama) tetapi totalitas hidup kita yang harus dipersembahkan kepada Allah, (Roma 12:1-2).

C.     Praktek Agama Suku dan Akibatnya
1.    Praktek Agama Suku
Hal yang umum dilakukan oleh Agama suku antara lain:

a.    Ibadah/Penyembahan
Ibadah/penyembahan Agama Suku dilakukan untuk memuji dewa; dalam Alkitab disebut dengan allah lain.

b.    Kurban
Penyembahan Agama suku juga disertai dengan kurban berupa darah binatang bahkan darah manusia, tergantung pada bentuk ibadahnya. Kalau ibadah yang dilakukan untuk meredam kemarahan para dewa biasanya meminta korban manusia.

Pertanyaan: siapa yang dimaksudkan dengan dewa dalam penyembahan Agama Suku”. Alkitab menjelaskan; hanya ada 2 (dua) oknum yang menerima penyemba-han yaitu 1) Allah Tritunggal, dan 2) Iblis. Sejak semula iblis ingin agar manusia menyembahnya bahkan iblis pernah meminta Yesus menyembahnya, (Mat. 4:9). Jadi, apa bedanya dewa dan iblis.
Catatan: iblis adalah pendusta dan bapa segala yang dusta, (Yoh. 8:44). Iblis berusaha mengalihkan penyembahan yang seharusnya kepada Allah (Mat.4:10) kepada sesuatu yang lain. Alkitab berkata bahwa hanya kepada Allah saja engkau harus menyembah.

2.    Akibatnya
Akibat dari penyembahan kepada allah lain:
Ø Allah menuntut pertanggungjawaban manusia tentang apa yang dilakukannya, (Roma 14:12).

Ø Persahabatan dengan dunia ini adalah permusuhan dengan Allah, (Yak. 4:4).
Ø Allah akan membalaskan kesalahan bapa kepada anaknya bahkan sampai kepada keturunan 3 dan 4 kepada orang-orang yang membenci-Nya, Kel.20:5).

Ø Hidup dalam kutukan Allah, (Ul. 28:15-46).

D.    Penyelesaian terhadap Masalah Penyembahan Agama Suku
Ketika orang terlibat dalam penyembahan/kepercayaan Agama Suku hal penting yang harus dilakukan adalah:
1.    Berdamai dengan Allah; percaya kepada Yesus dan mengaku dosanya, (I Yoh. 1:9), meninggalkan kepercayaan itu dan menerima Yesus sebagai Tuhan, (Yoh. 1:12).
2.    Darah Yesus mampu menyucikan dari segala bentuk kutuk keturunan, (I Pet. 1:18-19).
3.    Menyerahakan hidupnya dipimpin oleh Roh Kudus, (Roma 8:5-11).

Komentar

Anonim mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Postingan populer dari blog ini

KONTEKSTUALISASI

TANGGAPAN TERHADAP "ANAK KUNCI ISRAEL YANG HILANG DI MALUKU"