MENYIKAPI PERUBAHAN YANG DITIMBULKAN OLEH GLOBALISASI

PERUBAHAN
Perubahan merupakan sebuah isu hangat yang diusung oleh globalisasi. Secara sadar atau tidak sadar kehidupan manusia selalu mengalami perubahan, sayangnya perubahan yang terjadi melalui Globalisasi terjadi begitu cepat sehingga perubahan itu menghasilkan reaksi. Reaksi tersebut bermacam-macam; ada yang menanggapinya secara positif tetapi tidak sedikit yang menanggapinya secara negatif.
Perubahan diklasifikasi menjadi 2 bagian secara umum yaitu:
1.       Perubahan biasa
Yang dimaksudkan dengan perubahan biasa adalah perubahan yang terjadi secara natural dan terjadi secara perlahan-lahan. Perubahan seperti ini dapat diprediksi dan sudah bisa mengambil tindakan antisipatif secara tepat. Perubahan seperti ini hampir tidak mengalami gejolak pada masyarakat karena masyarakat secara natural dapat menyesuaikan diri terhadap kemungkinan yang timbul akibat perubahan tersebut.
Pemimpiin-pemimpin baik pemimpin rohani maupun pemimpin dalam pemerintahan pada umumnya sudah dilengkapi untuk menghadapi perubahan ini sehingga perubahan ini hampir tidak menimbulkan gejolak apa-apa pada masyarakat.
2.       Perubahan pecahan
Yang dimaksud dengan Perubahan pecahan adalah perubahan yang terjadi secara cepat di luar batas-batas yang normal. Perubahan ini menimbulkan gejolak dalam masyarakat sampai menyentuh aspek-aspek budaya, sosial, politik, hukum, dsb.

GLOBALISASI
Globalisasi adalah proses perubahan yang akan membawa semua bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain mewujudkan suatu tatanan kehidupan tanpa pemisahan secara geografis. Globalisasi merupakan penyebab perubahan kuat di dalam budaya dan konteks.
Budaya yang berubah yang diakibatkan oleh Globalisasi terjadi karena terjadinya persinggungan antarbudaya yang lebih mengarahkan kepada cita-cita untuk membuat kesatuan tanpa dibedakan oleh apapun. Hal yang menarik untuk didiskusikan adalah apakah globalisasi merupakan cara kerja Allah dalam sejarah atau adanya cara kerja dari kekuatan lain untuk melawan Allah dengan menyatukan dunia ini pada satu tatanan kehidupan yang mengandalkan unsur-unsur yang jasmania.
Premis yang dapat diungkapkan di sini adalah kemungkinan Globalisasi dimunculkan oleh sebuah kekuatan yang lain dari Allah untuk membangun kekuatan tandingan. Gereja perlu menanggapi ini secara serius sehingga tidak terjadi sinkritisasi dengan mengambil win-win solution. Seharusnya gereja menanggapi ini sebagai sebuah peluang untuk menyampaikan pengajaran yang benar bukan mengambil solusi untuk mengikuti arus globalisasi sehingga terjerumus dalam tindakan yang kompromistis.
Globalisasi memiliki ciri-ciri antara lain:
1.       Individualisme
Golbalisasi memaksa keadaan orang tertentu untuk memikirkan dirinya sendiri karena dianggap setiap individu setara dengan orang lain. Orang memacu dirinya untuk bisa bertahan menghadapi setiap perubahan. Sebab jika tidak demikian dirinya dianggap tidak mampu bersaing.

2.       Filsafat Humanisme
Kepuasan diri merupan sentral dari tindakan seseorang. Manusia dapat menentukan segalannya yang menyangkut dirinya dan alam dimana ia berada. Satu hal yang ia tidak boleh lakukan adalah menentukan jalan dan tindakan orang lain.

3.       Pendidikan
Sistem pendidikan didesain untuk mendukung pemikiran global yang didasarkan pada filsafat humanisme. Tokoh agama yang dulunya dianggap sebagai intelektual mengalami perubahan. Pendidikan bukan lagi diatur oleh rohaniawan tetapi oleh orang-orang tertentu yang tidak berorientasi pada yang rohani (agama). 

4.       Industrialisasi
Industrialisasi mengarahkan perhatian publik kepada kesempatan kerja. Hal ini juga mengarahkan publik kepada mengejar materi. Waktu untuk keluarga menjadi berkurang dan waktunya dihabiskan untuk mengejar materi. kesempatan untuk meniti karir yang lebih tinggi menjadi preoritas utama dan nilai-nilai dalam masyarakat mengalami kemunduran.

5.       Stratifikasi statis disingkirkan
Perbedaan-perbedaan status dalam masyarakat kian mengalami perubahan. Orang yang berprestasi sekalipun berasal dari status sosial yang rendah akan mengalami perubahan menjadi status sosial yang lebih tinggi. Dengan demikian, yang dibutuhkan dalam dunia sekarang ini adalah bukan sesuatu yang abstrak tetapi sesuatu real.

6.       Kesenjangan kekayaan
Di dunia yang semakin berubah ini akan semakin terdapat kesenjangan-kesenjangan. Orang yang kaya akan semakin kaya dan orang yang miskin akan semakin miskin.  Akan terdapat orang-orang yang kuat dalam bidang-bidang tertentu disatu sisi ada juga orang-orang yang merasa lemah dan tidak akan bisa berbuat apa-apa.

7.       Urbanisasi
Arus perpindahan penduduk dari desa ke kota semakin tinggi. Semakin banyak orang yang mencari kerja di Kota karena kurangnya lapangan kerja di desa. Orang-orang desa yang berada di kota tidak selamanya mampu untuk dapat beradaptasi di kota. Kalau mau bertahan di kota paling tidak ia siap untuk berubah dari sebuah paradigma yang lama. Ada orang yang kuat menghadapi sebuah perubahan tetapi juga tidak sedikit orang yang akhirnya melupakan identitas dirinya. Hal yang menarik untuk diperhatikan adalah gereja harus siap untuk dapat menolong mereka yang berpindah dari desa ke kota untuk siap menghadapi perubahan.

8.       Sekularisme
Sekularisme politik: pemisahan kekuasaan antara negara dan agama merupakan salah satu ciri globalisasi. Pemimpin-pemimpin agama mulai kehilangan otoritas dalam dunia politik. Urusan pemerintahan sangat berbeda dengan urusan keagamaan. Globalisasi membawa ancaman bagi agama manapun.
Sekularisme individu: pemisahan hidup yang individu dengan hidup secara kelompok juga sangat terlihat. Orang kelihatan semakin mementingkan diri sendiri dari mementingkan kepentingan umum. Hal ini menjerumuskan orang pada tindakan untuk kepentingan-kepentingan pribadi.

9.       Paham dualisme
Orang-orang yang beragama sepertinya berada pada dua kerajaan. Pada waktu beribadah mereka sedang berada di suatu kerajaan yang lain tetapi ketika mereka berada dalam dunia mereka berada disebuah dunia yang lain. Ibadah hanya diikuti sebagai rutinitas, sementara makna dari ibadah tidak ada sama sekali. Globalisasi memunculkan masalah yang serius bagi agama-agama. Sekularisme lebih dominan dibandingkan dengan beragama.

10.   Internet
Orang membangun hubungan di dunia maya. Dalam keadaan seperti ini bisa saja muncul penipuan yang berdampak pada gejala sosial. Ada banyak identitas-identitas palsu dalam dunia maya (internet). Dalam menghadapi situasi seperti ini kita harus lebih berhati-hati dalam membangun hubungan dengan orang lain. Jangan cepat percaya kepada orang yang identitasnya belum diketahui secara pasti. 

11.   Pluralisme
Masyarakat plural yaitu masyarakat yang multikultural, multiagamawi, multiethnis, multigolongan dsb. Dunia informasi yang kian berkembang memungkinkan mobilisasi pada masyarakat yang juga kian cepat. Dengan semakin berkembangnya segala sesuatu maka akan berdampak pada perubahan-perubahan yang menyatukan segala macam perbedaan.

BUDAYA
Budaya adalah hasil kreativitas manusia untuk melaksanakan mandat yang dari Tuhan yakni MANDAT BUDAYA (Kej. 1;28-30). Budaya bisa berubah berdasarkan refleksi dari pelaku budaya itu. Dalam MANDAT BUDAYA Tuhan memberikan wewenang kepada manusia untuk berbudaya, memenuhi dan menguasai dunia. Dalam konteks ini manusia dapat menggunakan kreatifitasnya untuk melaksanakan apa saja demi menjalankan amanat Tuhan. Hanya saja ketika manusia jatuh dalam dosa, budaya tersebut ikut menjadi rusak. Di dalam Budaya ada hal-hal yang mengatur kebaikan secara moral. Namun, perlu disadari bahwa sekalipun budaya dapat mengatur hal-hal yang baik tetapi itu tidak menjadi standar kebenaran apalagi menjadi norma yang dapat mengatur tatanan kehidupan manusia.
Sekalipun budaya adalah hasil kreatifitas manusia tetapi pada akhirnya budaya bisa membentuk kreatifitas manusia itu sendiri. Jadi sepanjang sejarah kehidupan manusia, tindakan apa saja yang dilakukan manusia itulah budaya. Itulah sebabnya secara sadar atau tidak sadar budaya selalu berkembang dan dalam perkembangannya itu sudah terjadi perubahan. Dari sudut pandang ini dapat dikatakan bahwa yang mengalami perubahan atau perkembangan adalah pola pikir manusia yang akhirnya mengarahkan tindakannya kepada sesuatu yang baru sehingga menghasilkan sebuah tatanan yang baru.
Hal yang menarik adalah apakah manusia dalam pencarian jatidiri melalui budaya akan menemukan suatu yang baku sesuai cita-cita manusia itu sendiri. Hal ini dapat dipastikan bahwa selama manusia mengharapkannya dari kreatifitasnya sendiri (budaya) mustahil akan menemukannya karena apapun yang diandalkan oleh manusia semuanya sia-sia. Pun demikian ini merupakan realita yang dihadapi atau sedang digumuli oleh manusia. Disini dapat diprediksikan bahwa akan ada satu waktu dimana manusia mengalami kejenuhan dalam pencarian jatidirinya, dan mungkin manusia akan menggali kembali pengajaran-pengajaran yang foundamental. Itulah sebab Rasul Paulus menuliskan bahwa “Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan …” Rom. 1:16. Disinilah peluang bagi gereja untuk mempersiapkan pengajaran yang alkitabiah karena sadar atau tidak manusia akan sampai kepada suatu titik kejenuhan dalam menghadapi globalisasi.

Ada 3 sikap manusia dalam menghadapi setiap perubahan dalam lingkungannya yakni:
1.      1. Takut dan Cemas;
Perubahan yang diakibatkan oleh globalisasi dapat menimbulkan sikap takut dan cemas pada masyarakat tertentu. Mereka yang takut diakibatkan oleh keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan untuk bersaing di era yang selalu kompetitif. Reaksi dari sikap orang-orang tersebut akan membentuk benteng-benteng pertahanan untuk melindungi diri, budaya, dan kepercayaan.
2.       2.Sikap numpang
Ada orang tertentu yang menanggapi perubahan dengan sikap apatis, pesimis, pasrah dsb. Mereka ini menganggap bahwa kita tidak akan bisa berbuat apa-apa menghadapi perubahan yang begitu cepat. Akhirnya, “ya sudah … ikut saja”. Orang yang seperti ini tidak akan dapat berbuat apa-apa bahkan mereka bisa dikatan orang-orang yang hanyut terbawa arus perubahan yang kian cepat.
3.       3. Sikap kesempatan
Perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh Globalisasi dianggapnya sebagai peluang untuk dapat berkarya lebih banyak lagi. Mereka yang menganggap perubahan itu sebagai kesempatan dapat menemukan strategi baru untuk menstimulasi kemungkinan yang terjadi untuk kemajuan dan pengembangan. 

Gereja seharusnya tidak usah merasa apatis, pesimis, pasrah apalagi takut dan cemas menghadapi perubahan yang ditimbulkan oleh globalisasi. Gereja tidak bisa mengambil tindakan untuk membangun benteng dan tidak membuka diri terhadap perubahan-perubahan yang dimaksud. Sebab, salah satu tugas gereja adalah menjadi garam dan terang bagi dunia. Bagaimana garam dan terang dapat difungsikan jika gereja bersikap eklusif (menutup diri)? Seharusnya Gereja mencari strategi dalam menghadapi setiap perubahan tersebut.
Identitas pribadi menjadi simbol yang berkenaan dengan privasi seseorang. Perubahan yang dihasilkan oleh globalisasi mempengaruhi hal-hal yang bersifat pribadi/privasi. Orang yang tidak dapat menentukan pilihan yang tepat di tengah arus perubahan yang kian cepat ini akan mengalami stres dan dapat mengancam identitasnya juga bisa berubah.
Identitas diri yang dianggap foundamental juga tidak dapat terpelihara. Agama dan kepercayaan mengalami ancaman menghadapi perubahan globalisasi. Gereja semestinya berada pada posisi yang benar-benar dapat menyuarakan suara kenabian. Firman Tuhan sebagai dasar pijak yang tidak mudah digoyangkan oleh perubahan ini. Orang Kristen yang meragukan kekuatan firman Tuhan akan kehilangan jati dirinya. Jadi, yang semestinya dilakukan adalah percaya sungguh-sungguh kepada firman Tuhan tanpa digoyahkan oleh apapun. Sebab kita tahu bahwa segala unsur di dunia ini telah digoyangkan oleh arus perubahan globalisasi yang kian hari kian bertambah. Tetapi percayalah bahwa ketika kita berlindung pada Tuhan maka, kita tidak akan pernah goyah karena Ia adalah tempat perlingdungan yang teguh.
Ciri-ciri yang diungkapkan di atas memunculkan reaksi-reaksi masyarakat. Saya lebih cenderung untuk menanggapi globalisasi sebagai kesempatan untuk dapat menikmati banyak fasilitas Ilmu dan Tekhnologi. Sikap takut yang dimiliki orang-orang tertentu akibat globalisasi akan mendorong mereka untuk menutupi diri sementara arus globalisasi tidak dapat dibendung. Dengan demikian sikap yang harus diambil adalah menggunakan kreatifitas yang dimiliki untuk lebih banyak berkarya dengan tetap memelihara nilai-nilai yang terkandung dalam Alkitab.
Kerusuhan yang terjadi belakangan ini adalah reaksi negatif dari orang-orang tertentu yang merasa bahwa privasinya diusik. Mereka tidak mempunyai jalan keluar yang lain untuk bisa bertahan hidup kecuali dengan jalan kekerasan. Tindakan seperti ini bukanlah solusi terbaik karena setiap terjadi kerusuhan, masyarakat menjadi trauma dan untuk memulihkan keadaan yang traumatis menjadi normal membutuhkan banyak waktu. Ada banyak orang yang menjadi korban globalisasi (ini yang disebut dengan ‘Losers’), tetapi ada banyak orang juga mengalami kemajuan dengan menggunakan kesempatan kemajuan karena globalisasi (ini yang disebut dengan ‘Winners’).
Reaksi keras dari orang muslim untuk menjaga keutuhan agama mereka merupakan sebuah reaksi negatif terhadap globalisasi. Di dunia yang postmodern ini kekerasan bukan sebagai solusi terbaik, bisa jadi melalui kekerasan orang menjadi trauma dan meninggalkan sesuatu yang baik. Sehingga di dalam globalisasi orang memandang semuanya relatif. Dengan demikian, yang seharusnya dilakukan adalah berpikir positif jangan terpancing untuk mengambil tindakan kekerasan dengan tujuan untuk mempertahankan jati diri. ini sia-sia!

Kiranya tulisan ini menjadi berkat!

Komentar

Anonim mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Anonim mengatakan…
GLOBALISASI ITU IMPERIALSME. GEREJA HARUS BERDIRI BERSAMA DALAM BARISAN ANTI IMPERIALISME.....
Makasih untuk komentnya,

Di dalam dunia banyak hal yang bertentangan dengan prinsip Alkitab, tetapi gereja berada di dalamnya sebagai agen transformasi (menjadi garam dan terang dunia).

Globalisasi merupakan fenomena perkembangan jaman yang tidak terbendung dengan sikap remeh. gereja menyikapi secara serius untuk mempersiapkan umat yang kuat menghadapi arus globalisasi. sebab kalau tidak demikian umat akan terhanyut oleh derasnya arus perubahan globalisasi tersebut.

gereja berada pada dua gelombang kekuatan yang saling bersaing yakni ARABISASI vs WESTERNISASI. dua kekuatan ini saling bersaing dan menerpa gereja. tinggal gereja memposisikan diri dengan tepat.

ini dulu respon saya nanti saya sambung lagi kalau ada respon selanjutnya.

terima kasih, Tuhan Yesus memberkati.
saya mempersilahkan siapa saja yg ingin memberikan tanggapan terkait topik ini.

Selamat!

Postingan populer dari blog ini

KONTEKSTUALISASI

AGAMA SUKU

TANGGAPAN TERHADAP "ANAK KUNCI ISRAEL YANG HILANG DI MALUKU"